PENDEKATAN SUFISTIK DALAM KONSELING ISLAM (TAZKIYATUN NAFS)



I. PENDAHULUAN
            Sesungguhnya pembentukan kepribadian yang lurus, tidak akan sempurna tanda-tandanya, kecuali dengan pembersihan jiwa. Yaitu penyucian lubuk hati manusia paling dalam . seseorang yang tidak kuasa membetulkan jiwa serta diri sendiri, niscaya tak mampu melakukan hal yang sama pada orang lain. Bagaimanapun jiwa manusia itu mempunyai pengaruh serta dorongan-dorongan yang bisa mempengaruhi tingkah laku pembawaan seseorang. Jiwa tersebut mempunyai godaan-godaan yang mengarah kepada kebimbangan, yang mengakibatkan seseorang melakukan penyimpangan, kejahatan, kekejian dan kemungkaran.

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TAZKIYATUN NAFS
            Tazkiyah secara bahasa (harfiah) berarti tathahhur, maksudnya bersuci seperti yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat, seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.
            Sarana tazkiyatun nafs adalah melalui ibadah dan berbagai-bagai amal baik, sedangkan hasilnya adalah akhlak yang baik kepada Allah dan pada manusia, serta terpeliharanya anggota badan, senantiasa dalam batas-batas syari’at Allah.
            Pengertian Al-nafs menurut Al-Qur’an, dapat disimpulkan dengan satu pernyataan bahwa nafs adalah makhluk yang memiliki eksistensi, sifat dan karakteristik khusus. Oleh karena itu, dalam pengertian ini dapat mengalami kematian dan kebinasaan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya.
            Jadi, dalam ajaran Islam tazkiyah merupakan salah satu penyucian jiwa atau penyucian harta, pendidikan jiwa, pembinaan mental, kepribadian, akhlak, keta’atan, kedekatan jiwa kepada Allah, kebahagiaan kesempurnaan  kehidupan etika, moral dan spiritual manusia.

B. LANGKAH-LANGKAH TAZKIYATUN NAFS
            Adapun beberapa langkah-langkah tazkiyatun nafs diantaranya adalah sebagai berikut:
1. BERSEGERA PADA KEBENARAN
            Yakni dengan senantiasa menyambut berbagai syiar dan seruan kebenaran dengan sambutan sami’na wa atha’na kami dengar dan kami ta’ati (Allah) yaitu terdapat dalam surat Az-Zumar: 18.
Alladziina yastami’uuna alqowla fayattabi’uuna ahsanahu. Ulaaa;ika alladziina hadaahumu allaahu wa ulaaa;ika hum uluu al;albaabi.

Artinya: Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al-Qur’an karena ia adalah yang paling baik.

            Sebagai contoh adalah kesigapan para sahabat Rasul dalam menyambut larangan minum khamar. Mereka segera menghancurkan gentong-gentong minuman keras mereka, sehingga Madinah banjir khamar. Bahkan ada diantara sahabat yang baru saja minum khamar, segera memasukkan jarinya ke mulut untuk memuntahkan khamar yang baru diminumnya. Juga kesigapan para muslimah sahabat Rasul dalam menerima  perintah hijab (jilbab), segera mereka ambil dan sobek kain yang dimilikinya untuk menutup auratnya, dada dan seluruh tubuhnya dengan jilbab untuk menunjukkan keta’atannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. CINTA KEBENARAN DAN BERLAPANG DADA UNTUK ISLAM
            Artinya ia siap mengorbankan segala kesenangan pribadi dan egonya untuk mengamalkan Islam, tanpa ada tawar menawar.

3. MENYAMBUT SERUAN KEIMANAN
            Yakni digunakan segala waktu dan kesempatan untuk mengabdi kepada Allah (Al-Ash: 1-3, Ali Imran: 193).
            Rasulullah SAW bersabda: min husnil islaamil mar’i tarkuhi maa laa ya’nih .. rawahu muslim .. diantara kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak berguna baginya” (HR. Muslim). “Khairunnassi man thaala ‘umruhu wa hasuna ‘amaluhu .... sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya” (HR. Tirmidzi).

4. BANYAK BERDZIKIR
            Yakni mewarnai kehidupannya dengan banyak mengingat Allah, diawali dengan asma Allah, beramal merasa diawasi Allah mengakhiri amal perbuatan dengan menyebut asma Allah. Mengadakan koreksi diri untuk semata-mata menggapai ridha Allah, bekerja semaksimal mungkin, sungguh-sungguh, efektif dan efisien untuk mencari kecintaan Allah.
            Manfaat dzikir adalah akan menjauhkan diri dari syaitan, menyingkirkan kesusahan, mendatangkan ketenteraman, mendatangkan rizki, membuka pintu ma’rifat kepada Allah, mengenyahkan perkataan kotor dan perbuatan sia-sia, hiburan orang susah dan miskin karena amal-amal banyak diborong orang-orang kaya, dan masih banyak lagi yang lainnya.

5. YAKIN YANG DIIKUTI DENGAN PEMBENARAN BERUPA AMAL SHALIH
            Yakni keyakinan yang tiada henti pada konsep tetapi membuahkan amal nyata. Syahadat diikuti dengan shalat, nilai-nilai shalat diwujudkan dengan meninggalkan perbuatan keji dan munkar, menegakkan jiwa disiplin. Puasa mendidik jiwa sabar dan istiqamah direalisir di dalam kehidupan.
            Zakat diwujudkan dalam keperdulian sosial terhadap kerabat, masyarakat maupun umat secara menyeluruh, karena masih banyak belahan dunia Islam yang miskin dan kelaparan. Nilai haji diwujudkan dengan meningkatkan pengorbanan untuk tegaknya masyarakat Islam, yakni selalu mendermakan apa yang dimilikinya di jalan Allah, baik waktu, harta, jiwa, maupun raganya untuk Islam (At-Taubah: 111) untuk ditukar dengan surga. Karena ibadah bukanlah sekedar “wisata rohani” untuk mencari kepuasan batin semata.

6. MELEMBUTKAN HATI DENGAN MENGINGAT ALLAH
            Artinya pribadi mukmin tidak layak ditaburi butir-butir maksiat, dosa, kedengkian, hasad, prasangka, yang justru akan mengotori dan merusaknya. Maka ia terus menerus berinteraksi dengan Al-Qur’an, banyak bersujud, dan amal-amal shalih yang membebaskan jiwa.
            Seorang ualam salaf berkata, “telitilah hatimu dalam tiga hal, ketika membaca Al-Qur’an, berdzikir dan shalat. Jika dalam saat-saat tersebut tidak dapat khusyu’, maka mohonlah kepada Allah agar diri anda diberi “hati”. Sebab ketika diri anda tidak menggapai kekhusyu’an, sebenarnya anda tidak “berhati”.

7. ITTIBA’ TERHADAP AL-QUR’AN DAN SUNNAH
            Yakni mengembalikan segala cara kehidupan dengan Al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an dan sunnah yang menyatu dalam kepribadian, dalam ibadah, akhlakul karimah, dan muamalah.

C. RELEVANSI TAZKIYATUN NAFS DAN KONSELING
            Tazkiyah dalam ajaran Islam identik dengan keimanan dan ketakwaan Islami. Ibnu Rasyid (1126 – 1198) mengartikan kesehatan jiwa dalam Islam dengan takwa. Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang beriman dan bertakwa, dans ebaliknya. Takwa sebagai konsep kesehatan jiwa dalam Islam bagi Ibnu Rasyid dapat dimaklumi, karena takwa memiliki makna yang luas di dalam Al-Qur’an.
            Aspek agama (kesehatan mental) sejak tahun 1984 sudah masuk dalam perumusan pengertian kesehatan dalam WHO, disamping badan, jiwa dan sosial. Dengan demikian dapat dipahami menurut Ibnu Rasyid takwa sebagai konsep kesehatan jiwa dalam Islam. Disinilah letaknya hubungan yang erat antar tazkiyah dan ilmu kesehatan mental.
            Pada umumnya, apa yang menjadi prinsip, metode dan penyebab gangguan kejiwaan dalam ilmu kesehatan jiwa dalam ilmu tazkiyah sekalipun antara keduanya ada perbedaan. Antara tazkiyah dan kesehatan mental terdapat perbedaan dan persamaannya. Persamaan terdapat pada esensi dan tujuan, yaitu pada masalah kejiwaan dan usaha untuk mendapatkan kesehatan dan kebahagiaan jiwa serta memanusiakan manusia.

III. PENUTUP
a. KESIMPULAN
            Tazkiyatun nafs berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata tazkiyat dan nafs. Secara kebahasaan (etimologi) tazkiyat berarti menyucikan, menguatkan dan mengembangkan. Sedangkan nafs adalah diri atau jiwa seseorang. Dengan demikian istilah tazkiyatun nafs memiliki makna mensucikan, menguatkan dan mengembangkan jiwa sesuai dengan potensi dasarnya (fitrah) yakni potensi iman, dan ihsan kepada Allah.
            Ada beberapa bentuk dari an-nafs atau jiwa yaitu diantaranya nafs amarah, nafs muthma’innah, nafs lawwamah, yang dari masing-masing nafs itu berbeda dari satu dengan yang lain. Metode yang digunakan untuk menyucikan jiwa kita yaitu yang pertama dengan metode mujahadat atau yang disebut dengan berusaha keras, atau penuh kesungguhan hati dan perilaku dengan penuh ketekunan, metode yang kedua yaitu dengan riyadhat, atau yang disebut dengan pembenahan diri dengan melatih suatu perbuatan yang pada fase awal yang merupakan beban yang sangat berat dan pada fase akhir menjadi sebuah karakter atau kebiasaan yang tentunya baik.

DAFTAR PUSTAKA
Jaya Yahya. 2004. Bimbingan Konseling Agama Islam. Angkasa Raya. Padang.


Comments

Popular Posts