PELAJARAN HIDUP YANG BISA DIAMBIL DARI PERMAINAN SEPAK BOLA

Sepak bola adalah olah raga terpopuler di muka bumi. Semua orang dari berbagai kalangan nyaris menjadi penggemarnya.  Lihat saja perhelatan piala dunia dan piala eropa yang lebih mampu menyedot antusiasme penonton dibandingkan misalnya kejuaraan basket atau bulu tangkis. Dan hampir semua orang kenal dengan nama pesepak bola macam Ronaldo, Messi, bahkan yang legendaris seperti Pelle, dan Maradona.  Nah di balik nuansa glamornya, sisi lain dari sepak bola adalah menyimpan berbagai pelajaran hidup yang bisa petik. Langsung saja :
1.      Dengan kerja sama, tujuan lebih mudah tercapai dibandingkan berusaha sendiri.
Sepakbola adalah olahraga 11 lawan 11 dengan tujuan menciptakan gol sebanyak-sebanyaknya. Tujuan tersebut tentu akan bisa tercapai jika seluruh anggota tim mau bekerja sama dengan baik. Sehebat apapun Ronado dan Messi dalam menggiring bola, mereka tidak akan sanggup sendirian menciptakan gol tanpa dukungan dari rekan-rekannya. Begitu juga sehebat apapun Buffon, atau Manuel Neuer dalam menjaga gawang, tentu akan kebobolan juga akhirnya jika pemain belakang tidak mau membantu mereka.

Begitulah kehidupan berjalan, tak ada manusia yang bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain.  Baju yang kita kenakan ada penjahitnya, sepatu yang kita pakai ada yang membuatnya, bahkan sebotol air mineral yang kita minumpun ada orang yang mengolahnya. Inilah kehidupan yang telah di desain oleh Allah agar kita saling mengisi  satu sama lain.
2.      Bekerjalah sesuai dengan bidang dan kemampuan kita masing - masing.
Sebuah tim sepak bola terdiri dari kiper, back, gelandang, dan ada penyerang. Bicara kiper kita akan ingat kepada Buffon, De Gea, ataupun Iker Cassillas. Bicara soal pemain belakang ingatan kita akan tertuju kepada Sergio Ramos dan Gerard Pique, Bicara tentang pemain gelandang maka kita akan menyebut Paul Pogba, dan Mesut Ozil. Sedangkan kalau ditanya soal penyerang maka kita tahu ada Lionel Messi, Luis Suarez ataupun Zlatan Ibrahimovic.  Setiap pemain memiliki peran sesuai dengan posisi dan keahliannya masing-masing. Karena dengan itulah mereka bisa bahu-membahu sebagai sebuah tim. Kiper harus selalu siap siaga untuk melompat menangkap bola yang datang. Back adalah pemain yang punya kemampuan menahan serangan yang datang. Sedangkan gelandang adalah penghubung arus bola dari belakang ke depan. Dan penyerang harus memiliki tendangan yang keras dan akurat untuk bisa mencetak gol. Tak bisa terbayang jika di sebuah tim kipernya adalah Messi, backnya adalah Pogba, Suarez menjadi gelandang, dan Buffon menjadi penyerang. Tentu akan kacau balau karena mereka bermain di posisi yang tidak seharusnya mereka berada.

Bekerjalah sesuai dengan keahlian dan kepandaian kita masing-masing. Jangan  paksakan diri untuk melakukan sesuatu yang bahkan kita tidak memiliki ilmu tentang itu. Bayangkan ketika orang yang tidak bisa membawa mobil, memaksakan diri untuk membawa mobil. 
3.      Hidup adalah sebuah perputaran, Jatuh bangun itu hal yang biasa.
Ada cerita tentang 4 klub top eropa yakni AC Milan, Manchester United, Manchester City, dan PSG. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, AC Milan dan Manchester United adalah dua klub yang amat ditakuti di eropa. Milan yang kala itu diperkuat oleh pemain bintang macam Maldini, Kaka, Pirlo, dam Shevchenko sukses menjuarai berbagai turnamen mulai dari serie a, liga champions, hingga piala dunia antar klub. Tak jauh berbeda, United juga menjadi tim raksasa Inggris dan eropa dengan motornya para wonderkid (yang kemudian hari menjadi mega bintang) yakni Cristiano Ronaldo di tengah dan Wayne Ronney di line depan. Kala itu, Manchester City dan PSG hanya menjadi klub papan tengah di liga masing-masing yang bahkan tidak diperhitungkan menjadi juara liga, konon liga champions. Tetapi seolah roda kehidupan berputar, City dan PSG kini menjadi salah satu raksasa eropa dengan materi pemain yang mumpuni di segala lini. Sebaliknya, kini Milan dan United harus berjuang bangkit setelah terpuruk beberapa tahun belakang. Jangankan kembali ke pentas eropa, posisi mereka di liga masing-masing saja kini masih mengkhawatirkan.


Hidup itu ibaratkan sebuah roda yang sedang berputar. Ada kalanya kita suatu hari kita berada di atas, dan ada kalanya juga suatu hari kita berada di bawah. Ketika sedang di atas bersyukurlah dan ketika sedang berada di bawah bersabarlah.
4.      Biar saja orang lain meremehkan kita, tetapi jangan sampai kita meremehkan diri sendiri.
Liga Inggris edisi 2015 – 2016 dibuat gempar dengan munculnya Leicester City sebagai kampiun. Tak ada satupun orang bakal memprediksi tim promosi yang langganan papan bawah  ini bakal mematahkan dominasi Chelsea, Manchester City, Arsenal, Liverpool, ataupun Manchester United yang selama ini selalu menjadi unggulan.

Italia edisi euro 2016 disebut oleh Giovani Trappatoni, mantan pelatih mereka, sebagai skuad terburuk yang pernah ada. Wajar saja mengingat selain Gigi Buffon, nyaris tak ada nama tenar yang menghuni skuad Gli Azzuri layaknya para pendahulu mereka seperti Paolo Maldini, Andrea Pirlo, ataupun Alessandro Del Piero. Namun fakta berbicara lain, skuad seadanya ini mampu melaju jauh hingga perempat final sebelum akhirnya dikalahkan oleh Jerman lewat drama adu penalti. Di fase grup mereka sukses membekap Belgia yang sedang berada dalam fase keemasan, mengalahkan Swedia yang dikomandoi oleh salah satu striker terbaik dunia Zlatan Ibrahimovic dan menyingkirkan juara bertahan Spanyol di babak 16 besar.

Cibiran, cemoohan, ataupun pandangan sinis barangkali adalah salah satu beban mental bagi kita di dalam menjalani sebuah pekerjaan. Tetapi apapun kata orang, yang lebih tahu dengan apa yang kita lakukan ya kita sendiri.  Biarkan mereka berkata ini dan itu, abaikan dan teruslah melangkah.
5.      Doa dan usaha harus sejalan dan seiring.
Ricardo Kaka, Mesut Ozil, dan Franck Ribery adalah contoh pemain hebat yang selalu memperlihatkan sikap religius di lapangan. Tengoklah selebrasi Kaka setelah setiap usai mencetak gol, dia mengacungkan tangan ke atas sebagai tanda bersyukur. Lihat pula Ozil dan Ribery yang sering tertangkap kamera sedang berdoa sebelum pertandingan dimulai. Hal serupa juga dilakukan para punggawa timnas usia 19 dengan melakukan sujud setelah mencetak gol ke gawang lawan.



Doa tanpa usaha adalah sia-sia. Sedangkan usaha tanpa doa adalah sebuah kesombongan. Keduanya harus berjalan seiring karena pada hakikatnya segala yang akan kita lakukan berpulang kepada ketentuan Allah.

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya yang menjadi pelajaran) bagi orang- orang yang bertakwa.

(Q.S Yunus : 06)

Comments

Popular Posts